Sabtu, 28 April 2018

Jailangkung

Jailangkung

Siang itu murid-murid SDN Merdeka berhamburan keluar. Eits, bukan untuk pulang, tapi istirahat. Begitu juga dengan Stella,Flora,Delia, dan Naura. Mereka tampak berjalan beriringan sambil bersenda gurau. Mereka duduk di meja nomor 12. 

"Oke, mau pesan apa nih? Aku traktir," ucap Stella. 

"Benar nih? Kalau gitu aku pesan sate ayam ya, minuman nya jus jeruk," seru Delia. 

"Kalau aku, aku otak-otak bakar plus kecap ya, minum-nya teh tarik," kata Flora. 

"Oke deh, kalau kamu apa Nau?" tanya Stella pada Naura. 

"Aku pempek aja, minum-nya jus mangga," ucap Naura.

 "Oke deh, tunggu sebentar ya," seru Stella sambil beranjak pergi.

Beberapa menit kemudian.......

  "Ini dia pesanan-nya nona-nona," kata Stella sambil membawa satu nampan. Di belakang-nya, tampak Naura membantu Stella dengan membawa satu nampan lagi. 

"Wah, makasih ya, Stell. Lain kali traktir lagi ya," ucap Delia dengan wajah memelas.

 "Hahaha.... Beres, Del. Pokoknya masalah traktir, biar aku yang urus," ucap Stella sambil tertawa.

"Hei, kalian tahu jelangkung gak?" tanya Flora memulai obrolan makan. 

"Oh, jelangkung? Yang mantranya 'Datang Tak Diantar, Pulang Tak Dijemput'?" tanya Naura balik bertanya.

 "Eh, jangan keras-keras!" seru Delia takut-takut.

 "Iya, kudengar kalau mengatakan mantra itu jelangkung akan datang," sambung Stella. 

"Makanya jangan keras-keras!" lanjut Delia sambil menutup telinganya. 

"Tapi, saudaraku bilang, mantranya bukan itu," ucap Flora dengan suara penuh misteri. 

"Terus apa dong?" tanya Stella sambil memakan baksonya. Flora mendekat ke arah teman-temannya. 

"Mantranya 'Datang Gendong, Pulang Bopong' itu mantra aslinya," ucap Flora sambil berbisik. Dia memelankan suaranya seperti tidak mau orang lain mendengarnya. Naura dan Stella seperti komat-kamit mengingat mantra 'keramat' itu. Sementara Delia menutup telinganya seperti tak ingin mendengar yang sedang dibicarakan teman-temannya.

"Sebenarnya aku ingin mengajak kalian main jelangkung," lanjut Flora. 

"Huh, ngapain ajak-ajak main jelangkung!" seru Delia agak jengkel dan agak ngeri. 

"Tapi, ada bagusnya juga kalau kita main jelangkung," kata Stella.

 "Huh, apa bagusnya?!!" seru Delia masih kesal setengah ngeri. 

"Aku setuju dengan Delia, lagian itu paling hanya mitos, gak perlu dipercaya," ujar Naura. 

"Sebelum ngomong, buktiin dulu dong," ucap Flora setengah menantang.

 "Benar itu.Eh,tapi,gimana caranya, main jelangkung?Gimana? Kita kan gak punya bonekanya," tanya Stella bertubi-tubi. 

"Tenang, siang ini datang ke rumah ku, kita akan buktikan siapa yang benar" ujar Flora menantang. 

"Oke!" seru Naura dan Stella kompak. Sedangkan, Delia menganggukan kepalanya. Wajahnya masih merengut.

Siang nya.........

  "Assalamualaikum, Delia!" seru Naura sambil mengetok-ngetok. Sementara itu, Stella bersandar di dinding sambil memainkan jilbabnya. Tak lama kemudian, Bundanya Delia membuka pintunya. 

"Eh, ada Naura dan Stella, ayo, masuk, masuk, Delia ada di kamarnya, masuk aja," ujar Bunda Delia sambil mempersilahkan Naura dan Stella masuk. Naura dan Stella hanya mengangguk sambil tersenyum. Mereka pun naik ke lantai dua. 

"Delia! Delia! Yuk, kita pergi ke rumah Flora!" seru Naura. 

"Iya, iya, bentar." Terdengar suara Delia dari dalam. Tak lama kemudian, Delia keluar.
 
  Mereka pun pergi ke rumah Flora. "Hei, kalian! Ayo masuk!" seru Flora yang bersandar di dinding dengan gaya kerennya. Dia memakai baju kaos belang-belang, celana panjang warna jingga, dan jilbab hitam.

  Mereka pun masuk ke rumah Flora. Mereka mengikuti Flora ke gudang rumahnya. Mereka terbatuk-batuk saat memasuki gudangnya yang penuh debu itu. Flora mengangkat beberapa kotak hingga kotak berwarna hitam yang tertutupi debu itu terlihat. Di bagian depan kotak itu tertulis "Bahaya! Sesuatu dia dalam kotak ini bisa membunuh mu!" yang membuat mereka makin penasaran. Flora mengangkat kotak itu ke tengah ruangan. Mereka  mengelilingi kotak itu dengan hati-hati. Flora membuka kotak itu dengan wajah tersenyum. Mereka  ternganga melihat isinya. 

"Hehehe..... Inilah dia boneka 'Jelangkung' Milik kakek ku," katanya sambil memegang boneka seram itu.

Tiba-tiba........

  "Flora! Letakkan boneka itu!" seru seseorang. Ternyata itu adalah kakeknya Flora. 

"Tapi kek, aku ingin memainkan nya," ujar Flora dengan wajah memelas.

 "Tidak boleh! Letakkan itu sekarang!" seru Kakek Flora menegaskan. Flora pun memasukkan 'Jelangkung' itu ke kotak. Kakek menyuruh kami untuk keluar. Kami menurutinya. Sementara, Flora masih kesal. Kakek Flora pun pergi ke warung kopi depan rumah.

  "Ssstt....... Flora, kenapa kita ada disini kakekmu kan melarangnya" bisik Stella khawatir. Sementara, Flora masih terkagum-kagum dengan Jelangkung yang di pegang nya. Tadi saat kakek Flora pergi, dia mengajak teman-temannya ke gudang lagi. 

"Ayo kita main, sebentar saja," rayu Flora. Stella, Delia, dan Naura terpaksa menurutinya karena mereka juga penasaran akan jelangkung itu. Flora mematikan lampu serta menghidupkan lilin. Mereka  duduk mengelilingi lilin itu.

 "Ayo semua, kita pegang jelangkungnya, kamu juga, Del!" bisik Flora. Kami semua memegang jelangkung itu kecuali Delia. 

"Aku takut," ujarnya pendek. 

"Ayo, gak apa-apa kok," ucap Flora. Delia pun menurutinya walau terpaksa. "Semuanya, ucapkan sama-sama ya!" ujar Flora. Mereka mengangguk.

 "Jelangkung, jelangkung, disini ada pesta kecil-kecilan, datang gendong, pulang bopong." Flora menatap kami satu persatu. "Ayo sama - sama."

"Jelangkung, jelangkung, disini ada pesta kecil-kecilan, datang gendong, pulang bopong." Begitu sampai tiga kali.

"Tuh kan, cuma bohongan, tau gitu aku gak usah main," ujar Delia setelah melepaskan genggamannya.

 "Iya nih," ucap Stella.

 "Sudahlah, paling itu cuma mitos," kata Naura. Flora mengangguk. Mereka pun pergi bermain monopoli.

   Keesokan harinya.........

Seperti biasa, mereka bersekolah dan bertemu. Tapi hari ini, Delia tidak sekolah. Apa yang salah ya?

  "Mana Delia? Seharusnya dia datang kan?" ujar Stella setelah menggigit roti salju nya. 

"Kamu nanya nya telat banget sih, ini kan udah jam 09:00, mana mungkin dia datang jam segini," protes Flora. Stella hanya mengabaikan Flora. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke rumah Delia setelah sekolah.

Dirumah Delia......

  "Assalamualaikum, Delia!" Naura memberi salam. Tiba-tiba, seseorang di dalam menjawab salam dan membukakan pintu. 

"Naura! Ada apa? Lihat Delia tidak?" tanya Bunda Delia. Matanya sembab akibat menangis. Mereka bertiga jadi makin bingung. 

"Tidak, tante. Delia tidak ada bersama kami, Delia belum pulang?" tanya Flora khawatir. 

"Belum, tante khawatir sekali walaupun sudah lapor polisi" tutur Bunda Delia. Percakapan mereka  di tutup dengan persetujuan untuk membantu penyelidikan. Mereka pun pergi ke taman.

  Di taman.....
   "Delia tidak mungkin kabur begitu saja kan?" tanya Stella.

 "Tidak mungkin, dia itu anaknya baik, apa mungkin dia di culik?" tanya Naura balik. 

"Coba kamu pikirkan, penculik mana yang mau nyulik orang siang bolong gitu, lagi pula Delia selalu lewat jalan yang ramai dan banyak orang," ucap Stella menyangkal pernyataan Naura. 

Sementara Flora, duduk diam sambil bergumam. "Apa mungkin Delia hilang karena aku ya? Karena main jelangkung?" gumam Flora khawatir. Tapi, dia mencoba menyangkal pikiran negatifnya.

   Keesokan harinya.......

   Mereka dapat berita kalau Delia sudah di temukan. Dia di temukan di sebuah rumah tua. Tapi, Delia ditemukan dalam keadaan koma. Dia belum sadar sampai sekarang.

  Satu minggu telah berlalu. Delia masih belum sadar. Mereka mulai khawatir. Apalagi Flora, kecurigaannya makin besar. Akhirnya dia mengajak teman-temannya ke rumahnya. 

"Ngapain ngajak kami ke rumahmu? Harusnya kita sudah di rumah sakit!" protes Stella sewot. 

"Teman-teman, aku curiga, kalau Delia ketempelan hantu jelangkung," ucap Flora pelan.

 Naura dan Stella menghentikan langkahnya. "Jadi,itu masalahnya?" tanya Naura. 

"Aku tidak tahu, makanya aku akan mengajak kalian bertemu kakek ku, aku menyesal karna sudah mengajak kalian main jelangkung," tutur Flora. Naura dan Stella mengangguk - angguk mengerti.

   "Apa? Delia ketempelan hantu jelangkung??!!!" seru Kakek Flora setelah Flora menjelaskan apa yang terjadi. Flora, Stella, dan Naura menunduk, menyesali apa yang terjadi. 

"Iya, Kek. Jadi kami minta kakek untuk mengeluarkan hantu nya dari Delia," ucap Flora. Kakek Flora beranjak dari sofa. Beliau kemudian mengambil sebuah buku. 

"Hanya ada satu cara untuk menyelamatkan Delia, kita harus beritahu orang tuanya dan pihak rumah sakit, setelah itu kita bawa Delia ke rumah ini, karna disini Delia bermain Jelangkung, dan satu lagi, kalian ingat mantraya? Datang Gendong, pulang bopong. Saat membawa Delia kesini, kita harus membopong nya, karna saat hantu itu menempel di tubuh Delia, ia pasti akan berada di punggungnya tidak melakukannya, Delia akan terus ketempelan hantu tersebut! " ungkap Kakek Flora. Flora, Stella, dan Naura bergidik ngeri. Merekapun sepakat untuk pergi ke rumah sakit besok.

   Keesokan harinya........

   Delia akhirnya dibawa ke rumah Flora. Dia dibaringkan di lantai gudang, kakek Flora pun segera bertindak. "Jelangkung, jelangkung, disini ada pesta kecil - kecilan, keluarlah kau arwah gentayangan, datang gendong, pulang bopong." Kakek Flora mengucapkan itu berulang kali. Mendadak, lampu mati - hidup dengan sendirinya. Terdengar suara orang yang berteriak. Flora, Stella, dan Naura mencoba bertahan sampai itu selesai. "Sepertinya, arwahnya sudah keluar, coba kalian bangunkan Delia, Kakek akan panggil orang tuanya" ucap Kakek Flora. Stella, Flora, dan Naura mendekati Delia. 

"Del, del, bangun, del, bangun" ucap mereka. 

"Hah? Iya aku bangun. kok, aku ada di gudang Flora?" tanya Delia yang tiba - tiba bangun. Mereka bertiga menceritakan apa yang terjadi. Flora lalu minta maaf kepada Delia karna ini semua tidak akan terjadi jika dia tidak memaksa teman-temannya bermain jelangkung. Yah, kini mereka semua pun kapok main Jelangkung.

                         THE END

NB:Semua yg ada di cerita ini gak nyata ya, guys.

Kamis, 19 April 2018

SAYA DAN CITA-CITA


Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Perkenalkan nama saya Khansa Humaira Dyfka. Saat ini saya duduk di kelas 5 SD. Saya sekolah di SDIT Abqary, Kota Subulussalam, Aceh. Saya mempunyai cita-cita menjadi seorang penulis dan hafidzah. Saya ingin menjadi seorang penulis karena saya suka menulis dan membaca. Kata orang, penulis itu gak dapat uang pensiun, tidak seperti orang kantoran. Kalau gak nulis, gak bisa  makan karena gak dapat uang. Kalau gak dapat ide nulis ya gak ada uang. Itu kata orang. Namun, saya tidak mementingkan semua itu. Mau dapat uang banyak? enggak. Mau terkenal? tidak. Menurutku jadi penulis itu gak usah mikirin mau terkenal atau dapat uang banyak. Tulis aja cerita islami, komedi, horror atau apalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Kalau tulisan kita bisa buat orang tersenyum, bahagia, dan senang, itu juga sama seperti sedekah kan?
.Apalagi kalau tulisan kita bisa dibuat film, bisa menghibur para penyuka film. Ada tuh contohnya penulis, Ahmad Fuadi yang menulis trilogi 'Negeri 5 Menara', 'Ranah 3 Warna', dan 'Rantau 1 Muara'. Dan sekarang buku kesatunya sudah dijadikan film. Semoga hasil tulisanku nantinya juga bisa dibuat film, pasti seru dan bisa menghibur satu dunia.
Kalau sudah begitu, jadi banyak kan uangnya? Tapi jangan lupa sedekah ya…JJJ Nah, saya juga mau jadi Hafidzah, supaya papa dan mama masuk surga. Itu dia cita-cita saya. Doakan saya bisa menggapai cita-cita saya ya…..  Bagi yang punya cita-cita, tetap semangat meraihnya ya.. Karena tidak ada yang instan, semua perlu perjuangan. Ingat saja “Man Jadda Wajada”.. Barang siapa yang bersungguh-sungguh, pasti berhasil.
Kalau sudah besar nanti dan cita-cita saya tercapai, kan saya bisa dapat uang, saya mau menyisihkan penghasilan saya untuk membayar pajak, karena itu merupakan kewajiban saya sebagai warga negara Indonesia dan wujud cinta kepada tanah air, karena saya tahu uang tersebut akan digunakan untuk membangun negara. Sekian dari saya, teriring doa dari saya untuk kita semua, bangsa dan negara Indonesia, semoga negara kita semakin maju. terima kasih. JJJ

Rabu, 18 April 2018

The A (Cerpen Series)

The A

Bab:1
Tekad kami

        "Aliya! Aliya! Aliya!" Terdengar sorak sorai meriah yang terdengar rusuh, tapi membanggakan. Disinilah aku, YouTube Space Jakarta. Bersama dengan para Youtuber lainnya seperti, Ria Ricis, Peachy Liv, Gen Halilintar, Azka Khairani, Keira Charma, Raditya Dika, dan lainnya.
      "Dan mari kita sambut, Aliya Khairunissa!" MC memanggil namaku. Aku maju dan bersiap untuk menerima Silver Play Button ku. Saat aku menerima barang berharga itu, aku tersontak kaget karna tiba-tiba Silver Play Button ku mengeong! "Miaw! Miaw!"
      Aku mengernyitkan dahi. Aku memastikan suara itu sekali lagi. Suara itu terdengar kencang sehingga... Dia mengarahkan cakar nya! "Miiiiaaaaawww!!!!"
     "Tidaaaakk!!" teriakku sambil terjatuh. Aku mengusap-usap kepalaku yang sepertinya sudah terbentuk benjol. Aku meraba-raba pipi ku, yang ternyata ada bekas cakaran. "Miaw! Miaw!" Aku tersadar kalau semua itu hanyalah mimpi. Dari tadi ternyata Gery, kucingku, berusaha membangunkanku. 

      Aku menghela nafas dan segera bangkit. Aku mengambil handuk dan segera mandi. Setelah mandi, aku memakai baju batik biru dengan rok putih dan jilbab warna biru. Kemudian aku turun ke bawah untuk sarapan. Kulihat Kak Mely, kakakku, sedang makan burger yang dibuat Mama. Sementara Rafa, adikku, sedang merakit sesuatu.
      "Apaan tuh, fa? " tanyaku penasaran. Aku yakin ini salah satu ciptaan robotnya. Rafa memang memiliki bakat robotik dan komputer sejak kelas 1
    ."Ini ciptaan robotku, kak. Matanya adalah kamera, jadi lewat alat pengendali nya, aku bisa memantau gerak-geriknya. Selain itu, ini dilengkapi sensor sinar yang membuatku tahu kalau ada benda di depannya yang menghalangi saat gelap. Dan yang paling keren, robot ini bisa gerak sendiri alias automode, tinggal tekan tombol ini dan beri perintah, lalu ia akan melakukannya," ucap Rafa panjang lebar.
         Aku ternganga kagum. "Namanya apa?" tanyaku.
        "RR Robot, alias Rafa Rayensyah Robot," jawabnya sambil fokus merakit robotnya kembali.               "Kalau gitu, Rafa bisa bikinin robot yang bisa bantu kakak jawab soal ujian, dong? Yang kecil, bisa kakak bawa waktu ujian, nanti dilengkapi sensor suara dan.."
        Belum selesai Kak Mely bicara, aku menyindir. "Itu mau dibikinin robot yang bantu belajar atau robot yang bantu curang waktu ujian?" sindirku. Kami tertawa bersama.
       "Hei, cepat habisin makannya dan pergi sekolah," ucap Mama mengingat kan. Kami pun cepat - cepat makan. 

      Setelah makan kami menyalimi Mama. mengambil sepeda. Pergi ke sekolah. Kami sekolah di Internasional Islam School Jakarta . Aku kelas 1 SMP, Rafa kelas 4 SD, dan Kak Mely kelas 3 SMP. Aku melewati lorong sekolah.
Saat aku ingin masuk ke kelas......
     "Stop! Seberapa hebat kamu mau masuk kelas ini?!" tanya Adam menirukan sebuah video dari Instagram. Maklum, karna Adam adalah raja sosmed yang terkenal di sekolah kami.
    "Kemaren aku main jelangkung," jawabku. "Terus??" balas Adam.
  "Jelangkungnya yang kesurupan," balas ku. Adam menepuk tangannya tanda kagum dan mempersilahkan aku lewat. Yah, itu bohongan pastinya. Gak mungkin kan main jelangkung, tapi jelangkung nya yang kesurupan. Aneh. 

    "Hai, semuanya," sapa ku menyapa Aisyah, Ajeng, dan Aurel.
    "Hai juga," jawab mereka.
    "Apa kamu bilang sama Adam waktu dia hadang?" tanya Aurel penasaran.
   "Aku bilang aja kalo kemarin aku main jelangkung, terus jelangkungnya yang kesurupan," jawabku sambil tertawa geli. Teman - temanku ikut tertawa geli.
   "Aku nyesal datang terlambat, besok aku mau datang pagi aja," celetuk ku. Teman - temanku mengangguk setuju. Beberapa menit kemudian, Ustadzah Nurul, wali kelas ku, masuk dan memulai pelajaran Bahasa Arab.
Saat istirahat........
   "Baik anak - anak, jangan lupa kerjakan PR kalian ya" kata Ustadzah Nurul.
   "Iya, ustadzah!" seru seluruh murid, termasuk aku. 

   Kami semua berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, lapangan, perpustakaan, dan ada yang yang diam di kelas. Aku, Aisyah, Aurel, dan Ajeng pergi ke kantin dan memesan makanan. Sambil makan, kami membicarakan para Youtuber Indonesia.
Tiba - tiba........
  "Minggir ah!" seru seseorang. Semua orang menatap dia dan tiga orang dibelakang nya dengan pandangan takut. Dia adalah Sarah. Dan yang di belakangnya adalah Olivia, Boby, dan Al. Kami memandang mereka dengan perasaan tidak suka. Sarah dan teman-temannya terkenal suka membully siswa di sekolah ini. Biasanya dia membully anak SD dan kami teman sekelasnya. Kerjanya hanya mengganggu dan meminta uang. Selain itu, Sarah dan teman-temannya punya channel youtube bernama SOAB. Subcribernya hampir 100 ribu. 

     Sarah menghampiri kami dengan marah. Aku pura-pura cuek. "Aliya, kok, denger - denger kamu berani dislike video kami ya?" tanya Sarah kepadaku.
     Aku menelan rasa takutku. Aku tersenyum kecut. "Iya memang kenapa?" tanyaku.
   Sarah menarik kerah bajuku. Dalam hatiku, aku membatin kenapa aku dislike video Sarah tempo hari. "Kamu mau cari masalah, ya?" Sarah mengacungkan tinjunya.
   Tiba-tiba, seseorang memegang pundak Sarah. "Ehm, kamu ngapain, hah?"
  Sarah mendongak. Itu Kak Mely, Kak Lily, dan Kak Lisa. "Eh, kak, itu, aku.." Sarah mulai salah tingkah. Aku yakin mereka sedang menjalankan misi dari kepala sekolah. Biasanya kelas 3 SMP sampai kelas 3 SMA di beri tugas harian untuk mengontrol adik kelasnya. Karena kepala sekolah tahu Sarah dan teman-temannya suka membully siswa.
   "Ehm, Sarah, Olivia, Boby, dan Al, kalian semua melapor ke Ustad Amin, sekarang!" ucap Kak Lisa. Sorot matanya tampak mengancam. Sarah dan teman-temannya terpaksa mengikuti Kak Lily ke ruang guru. Setelah memastikan kami tidak apa-apa, Kak Mely dan Kak Lisa ikut menyusul ke ruang guru. Kami pun melanjutkan makan dengan tenang.

    "Assalamualaikum, aku pulang" ucap ku, aku pulang lebih cepat karena ada rapat guru.
   "Wa'alaikumsalam, kok pulang cepat, nak? "tanya Mama.
   "Ada rapat guru, ma" jawabku cepat. Aku pun pergi ke kamar untuk ganti baju. Setelah ganti baju, aku mengutak - atik handphone ku. Aku membuka youtube dan melihat channel youtube ku. Hanya ada delapan orang yang 'Subcribe' channel ku, yaitu Kak Mely, Rafa, Mama, Aisyah, Aurel, Ajeng, dan... Kucingku yang tak sengaja subcribe channel ku saat memainkan laptop ku (SIGH -_-) . Aku menghela nafas. Aku pun beralih ke beranda dan melihat - lihat video disitu. Mataku tertuju pada video cover music baru Gen Halilintar yang berjudul Mic Drop yang juga merupakan lagu dari boyband korea yang bernama BTS. Aku mendengarkan lagu tersebut sampai habis. Setelah bosan, aku membuka channel Azka Khairani. Ada video tipe - tipe kids zaman now yang juga kutonton sampai habis. Saat melihat - lihat video, aku menerima pesan dari Aurel yang di sambut oleh yang lain di group chat kami. 
Ini pesannya: 
Aurel= Pada lagi ngapain? 
Aisyah =Lagi... 
Aisyah =Hari yang cerah.. Dan ku banyak rencana.. Tapi ku mager, tapi ku mager, jadi intinya aku lagi... 
Ajeng=Intinya aja, kamu lagi mager? 
Aisyah=YUP! 
Aliya=Eh, ngumpul yuk? 
Ajeng=Dimana?
Aurel=Markas aja gimana? Sambil nonton film.. Hehehe.. 
Aisyah =Se7 (setuju) 
Aurel=Aku tunggu ya 
Aliya=Oke 

    Aku mengambil jilbabku dan turun ke bawa. "Ma, aku kerumah Aurel ya" ujar ku.
   "Iya, jangan pulang terlalu lama ya" ucap Mama.
   "Oke!" balas ku.
Sesampainya di rumah Aurel......
   Kami sudah sampai di markas kami yang di beri nama, Secret House Of The A atau yang disingkat SHOTA. Rumah ini adalah rumah Aurel sebelum dia pindah ke rumah lain. Orang tua Aurel tidak mau menjualnya, melainkan memberikannya pada kami untuk dijadikan markas. Aurel menyambungkan USB-nya ke TV. Kami pun memilih film yang mau kami tonton. Akhirnya kami memutuskan untuk menonton The UnderDogs. Film ini berkisah tentang 4 anak SMA yang sering di bully, untuk menghilangkan status buruknya itu, mereka memutuskan untuk membuat channel youtube. Ah, pokoknya seru deh.
   "Jika di lihat - lihat, kita mirip dengan The UnderDogs, ya?" ucap Aisyah setelah filmnya habis.
  "Memiliki status anak yang sering di bully, lalu ingin menghilangkan status yang membuat kita pusing, ya, sama saja kecuali bagian youtube, kita bukan youtuber kan?" ucap Ajeng. Kami mengangguk. 

   Tiba-tiba, Aku mempunyai sebuah ide. "Hey, bukankah kita semua punya mimpi yang sama, jadi youtuber, kan?" tanya ku bersemangat.
   Teman - temanku mengangguk. "Kenapa kita tidak buat channel youtube bersama saja? Itu seru, kan?" usul ku penuh semangat.
    Teman - temanku berpandangan, lalu menatapku dengan wajah senang. "Itu ide yang sangat bagus, Aliya!" Seru mereka senang.
   "Lalu, apa nama channel kita?" tanya Aisyah.
  "Apa ya? Hmm, The Four Girls?" usul Ajeng.
  "Kedengaran aneh, Bagaimana dengan Four A? Aduh, lebih aneh lagi" sahut Aurel. 

  "Aku tahu! Bagaimana dengan The A, nama kita, kan, huruf depannya 'A' semua" usulku. Kami semua setuju dengan nama itu. The A. Kami minta izin pada orang tua kami untuk menjadi youtuber. Dan..... Diperbolehkan. Kami akan memakai SHOTA, sebagai markas kami. Kami meminta tolong Kak Mely, Kak Lisa, dan Kak Lily, Untuk membantu kami. Kak Mely sebagai Direktur kami, tugasnya ya, mengatur kami. Kak Lisa yang memegang kamera dan mengatur posisi kami agar nanti videonya tidak terlalu gelap, tidak juga terlalu terang. Dan yang terakhir, Kak Lily, tugasnya, mengedit video kami dan memasukkannya ke Youtube. Dan tugas besar kami baru di mulai. Besok adalah hari yang sibuk. The Bussy Day!