Sabtu, 28 April 2018

Jailangkung

Jailangkung

Siang itu murid-murid SDN Merdeka berhamburan keluar. Eits, bukan untuk pulang, tapi istirahat. Begitu juga dengan Stella,Flora,Delia, dan Naura. Mereka tampak berjalan beriringan sambil bersenda gurau. Mereka duduk di meja nomor 12. 

"Oke, mau pesan apa nih? Aku traktir," ucap Stella. 

"Benar nih? Kalau gitu aku pesan sate ayam ya, minuman nya jus jeruk," seru Delia. 

"Kalau aku, aku otak-otak bakar plus kecap ya, minum-nya teh tarik," kata Flora. 

"Oke deh, kalau kamu apa Nau?" tanya Stella pada Naura. 

"Aku pempek aja, minum-nya jus mangga," ucap Naura.

 "Oke deh, tunggu sebentar ya," seru Stella sambil beranjak pergi.

Beberapa menit kemudian.......

  "Ini dia pesanan-nya nona-nona," kata Stella sambil membawa satu nampan. Di belakang-nya, tampak Naura membantu Stella dengan membawa satu nampan lagi. 

"Wah, makasih ya, Stell. Lain kali traktir lagi ya," ucap Delia dengan wajah memelas.

 "Hahaha.... Beres, Del. Pokoknya masalah traktir, biar aku yang urus," ucap Stella sambil tertawa.

"Hei, kalian tahu jelangkung gak?" tanya Flora memulai obrolan makan. 

"Oh, jelangkung? Yang mantranya 'Datang Tak Diantar, Pulang Tak Dijemput'?" tanya Naura balik bertanya.

 "Eh, jangan keras-keras!" seru Delia takut-takut.

 "Iya, kudengar kalau mengatakan mantra itu jelangkung akan datang," sambung Stella. 

"Makanya jangan keras-keras!" lanjut Delia sambil menutup telinganya. 

"Tapi, saudaraku bilang, mantranya bukan itu," ucap Flora dengan suara penuh misteri. 

"Terus apa dong?" tanya Stella sambil memakan baksonya. Flora mendekat ke arah teman-temannya. 

"Mantranya 'Datang Gendong, Pulang Bopong' itu mantra aslinya," ucap Flora sambil berbisik. Dia memelankan suaranya seperti tidak mau orang lain mendengarnya. Naura dan Stella seperti komat-kamit mengingat mantra 'keramat' itu. Sementara Delia menutup telinganya seperti tak ingin mendengar yang sedang dibicarakan teman-temannya.

"Sebenarnya aku ingin mengajak kalian main jelangkung," lanjut Flora. 

"Huh, ngapain ajak-ajak main jelangkung!" seru Delia agak jengkel dan agak ngeri. 

"Tapi, ada bagusnya juga kalau kita main jelangkung," kata Stella.

 "Huh, apa bagusnya?!!" seru Delia masih kesal setengah ngeri. 

"Aku setuju dengan Delia, lagian itu paling hanya mitos, gak perlu dipercaya," ujar Naura. 

"Sebelum ngomong, buktiin dulu dong," ucap Flora setengah menantang.

 "Benar itu.Eh,tapi,gimana caranya, main jelangkung?Gimana? Kita kan gak punya bonekanya," tanya Stella bertubi-tubi. 

"Tenang, siang ini datang ke rumah ku, kita akan buktikan siapa yang benar" ujar Flora menantang. 

"Oke!" seru Naura dan Stella kompak. Sedangkan, Delia menganggukan kepalanya. Wajahnya masih merengut.

Siang nya.........

  "Assalamualaikum, Delia!" seru Naura sambil mengetok-ngetok. Sementara itu, Stella bersandar di dinding sambil memainkan jilbabnya. Tak lama kemudian, Bundanya Delia membuka pintunya. 

"Eh, ada Naura dan Stella, ayo, masuk, masuk, Delia ada di kamarnya, masuk aja," ujar Bunda Delia sambil mempersilahkan Naura dan Stella masuk. Naura dan Stella hanya mengangguk sambil tersenyum. Mereka pun naik ke lantai dua. 

"Delia! Delia! Yuk, kita pergi ke rumah Flora!" seru Naura. 

"Iya, iya, bentar." Terdengar suara Delia dari dalam. Tak lama kemudian, Delia keluar.
 
  Mereka pun pergi ke rumah Flora. "Hei, kalian! Ayo masuk!" seru Flora yang bersandar di dinding dengan gaya kerennya. Dia memakai baju kaos belang-belang, celana panjang warna jingga, dan jilbab hitam.

  Mereka pun masuk ke rumah Flora. Mereka mengikuti Flora ke gudang rumahnya. Mereka terbatuk-batuk saat memasuki gudangnya yang penuh debu itu. Flora mengangkat beberapa kotak hingga kotak berwarna hitam yang tertutupi debu itu terlihat. Di bagian depan kotak itu tertulis "Bahaya! Sesuatu dia dalam kotak ini bisa membunuh mu!" yang membuat mereka makin penasaran. Flora mengangkat kotak itu ke tengah ruangan. Mereka  mengelilingi kotak itu dengan hati-hati. Flora membuka kotak itu dengan wajah tersenyum. Mereka  ternganga melihat isinya. 

"Hehehe..... Inilah dia boneka 'Jelangkung' Milik kakek ku," katanya sambil memegang boneka seram itu.

Tiba-tiba........

  "Flora! Letakkan boneka itu!" seru seseorang. Ternyata itu adalah kakeknya Flora. 

"Tapi kek, aku ingin memainkan nya," ujar Flora dengan wajah memelas.

 "Tidak boleh! Letakkan itu sekarang!" seru Kakek Flora menegaskan. Flora pun memasukkan 'Jelangkung' itu ke kotak. Kakek menyuruh kami untuk keluar. Kami menurutinya. Sementara, Flora masih kesal. Kakek Flora pun pergi ke warung kopi depan rumah.

  "Ssstt....... Flora, kenapa kita ada disini kakekmu kan melarangnya" bisik Stella khawatir. Sementara, Flora masih terkagum-kagum dengan Jelangkung yang di pegang nya. Tadi saat kakek Flora pergi, dia mengajak teman-temannya ke gudang lagi. 

"Ayo kita main, sebentar saja," rayu Flora. Stella, Delia, dan Naura terpaksa menurutinya karena mereka juga penasaran akan jelangkung itu. Flora mematikan lampu serta menghidupkan lilin. Mereka  duduk mengelilingi lilin itu.

 "Ayo semua, kita pegang jelangkungnya, kamu juga, Del!" bisik Flora. Kami semua memegang jelangkung itu kecuali Delia. 

"Aku takut," ujarnya pendek. 

"Ayo, gak apa-apa kok," ucap Flora. Delia pun menurutinya walau terpaksa. "Semuanya, ucapkan sama-sama ya!" ujar Flora. Mereka mengangguk.

 "Jelangkung, jelangkung, disini ada pesta kecil-kecilan, datang gendong, pulang bopong." Flora menatap kami satu persatu. "Ayo sama - sama."

"Jelangkung, jelangkung, disini ada pesta kecil-kecilan, datang gendong, pulang bopong." Begitu sampai tiga kali.

"Tuh kan, cuma bohongan, tau gitu aku gak usah main," ujar Delia setelah melepaskan genggamannya.

 "Iya nih," ucap Stella.

 "Sudahlah, paling itu cuma mitos," kata Naura. Flora mengangguk. Mereka pun pergi bermain monopoli.

   Keesokan harinya.........

Seperti biasa, mereka bersekolah dan bertemu. Tapi hari ini, Delia tidak sekolah. Apa yang salah ya?

  "Mana Delia? Seharusnya dia datang kan?" ujar Stella setelah menggigit roti salju nya. 

"Kamu nanya nya telat banget sih, ini kan udah jam 09:00, mana mungkin dia datang jam segini," protes Flora. Stella hanya mengabaikan Flora. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke rumah Delia setelah sekolah.

Dirumah Delia......

  "Assalamualaikum, Delia!" Naura memberi salam. Tiba-tiba, seseorang di dalam menjawab salam dan membukakan pintu. 

"Naura! Ada apa? Lihat Delia tidak?" tanya Bunda Delia. Matanya sembab akibat menangis. Mereka bertiga jadi makin bingung. 

"Tidak, tante. Delia tidak ada bersama kami, Delia belum pulang?" tanya Flora khawatir. 

"Belum, tante khawatir sekali walaupun sudah lapor polisi" tutur Bunda Delia. Percakapan mereka  di tutup dengan persetujuan untuk membantu penyelidikan. Mereka pun pergi ke taman.

  Di taman.....
   "Delia tidak mungkin kabur begitu saja kan?" tanya Stella.

 "Tidak mungkin, dia itu anaknya baik, apa mungkin dia di culik?" tanya Naura balik. 

"Coba kamu pikirkan, penculik mana yang mau nyulik orang siang bolong gitu, lagi pula Delia selalu lewat jalan yang ramai dan banyak orang," ucap Stella menyangkal pernyataan Naura. 

Sementara Flora, duduk diam sambil bergumam. "Apa mungkin Delia hilang karena aku ya? Karena main jelangkung?" gumam Flora khawatir. Tapi, dia mencoba menyangkal pikiran negatifnya.

   Keesokan harinya.......

   Mereka dapat berita kalau Delia sudah di temukan. Dia di temukan di sebuah rumah tua. Tapi, Delia ditemukan dalam keadaan koma. Dia belum sadar sampai sekarang.

  Satu minggu telah berlalu. Delia masih belum sadar. Mereka mulai khawatir. Apalagi Flora, kecurigaannya makin besar. Akhirnya dia mengajak teman-temannya ke rumahnya. 

"Ngapain ngajak kami ke rumahmu? Harusnya kita sudah di rumah sakit!" protes Stella sewot. 

"Teman-teman, aku curiga, kalau Delia ketempelan hantu jelangkung," ucap Flora pelan.

 Naura dan Stella menghentikan langkahnya. "Jadi,itu masalahnya?" tanya Naura. 

"Aku tidak tahu, makanya aku akan mengajak kalian bertemu kakek ku, aku menyesal karna sudah mengajak kalian main jelangkung," tutur Flora. Naura dan Stella mengangguk - angguk mengerti.

   "Apa? Delia ketempelan hantu jelangkung??!!!" seru Kakek Flora setelah Flora menjelaskan apa yang terjadi. Flora, Stella, dan Naura menunduk, menyesali apa yang terjadi. 

"Iya, Kek. Jadi kami minta kakek untuk mengeluarkan hantu nya dari Delia," ucap Flora. Kakek Flora beranjak dari sofa. Beliau kemudian mengambil sebuah buku. 

"Hanya ada satu cara untuk menyelamatkan Delia, kita harus beritahu orang tuanya dan pihak rumah sakit, setelah itu kita bawa Delia ke rumah ini, karna disini Delia bermain Jelangkung, dan satu lagi, kalian ingat mantraya? Datang Gendong, pulang bopong. Saat membawa Delia kesini, kita harus membopong nya, karna saat hantu itu menempel di tubuh Delia, ia pasti akan berada di punggungnya tidak melakukannya, Delia akan terus ketempelan hantu tersebut! " ungkap Kakek Flora. Flora, Stella, dan Naura bergidik ngeri. Merekapun sepakat untuk pergi ke rumah sakit besok.

   Keesokan harinya........

   Delia akhirnya dibawa ke rumah Flora. Dia dibaringkan di lantai gudang, kakek Flora pun segera bertindak. "Jelangkung, jelangkung, disini ada pesta kecil - kecilan, keluarlah kau arwah gentayangan, datang gendong, pulang bopong." Kakek Flora mengucapkan itu berulang kali. Mendadak, lampu mati - hidup dengan sendirinya. Terdengar suara orang yang berteriak. Flora, Stella, dan Naura mencoba bertahan sampai itu selesai. "Sepertinya, arwahnya sudah keluar, coba kalian bangunkan Delia, Kakek akan panggil orang tuanya" ucap Kakek Flora. Stella, Flora, dan Naura mendekati Delia. 

"Del, del, bangun, del, bangun" ucap mereka. 

"Hah? Iya aku bangun. kok, aku ada di gudang Flora?" tanya Delia yang tiba - tiba bangun. Mereka bertiga menceritakan apa yang terjadi. Flora lalu minta maaf kepada Delia karna ini semua tidak akan terjadi jika dia tidak memaksa teman-temannya bermain jelangkung. Yah, kini mereka semua pun kapok main Jelangkung.

                         THE END

NB:Semua yg ada di cerita ini gak nyata ya, guys.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar